Sistem Early Diagnosis And Treatment (EDAT) yang dibangun Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni menjadi juara dalam United Nations Public Service Awards (UNPSA) 2018. Inovasi dan penghargaan dari PBB tersebut mendapat apresiasi dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Asman Abnur.
Dalam kesempatan itu, Menteri menginginkan sistem EDAT dapat direplikasi oleh daerah lain, khususnya daerah yang endemik malaria di Indonesia. Selain itu, Asman juga mendorong Pemkab Teluk Bintuni terus melakukan inovasi di bidang lain. “Selamat kepada Pemkab Teluk Bintuni yang berhasil meraih juara dalam UNPSA. Saya berharap apa yang sudah dibuat, dapat ditularkan ke daerah lainnya, khususnya bagi daerah yang memiliki permasalahan yang sama,” ujarnya saat menerima kunjungan Kepala Dinas Kesehatan Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat di Kantor Kementerian PANRB, Kamis (28/6/2018).
Berbekal juara dalam ajang UNPSA 2018, Menteri Asman berharap Teluk Bintuni dapat menjadi wilayah percontohan di Indonesia Timur, dan daerah yang memiliki permasalahan seperti kasus malaria dapat mereplikasi inovasi yang dilakukan di Teluk Bintuni. Menteri juga berpesan agar Teluk Bintuni tidak cepat berpuas diri dengan hasil yang telah diraih, namun harus terus meningkatkan kinerja dengan menciptakan inovasi.
Sementra itu, Deputi Bidang Pelayanan Publik Kementerian PANRB Diah Natalisa menyampaikan bahwa pihak United Nations (UN) meminta agar sistem EDAT dapat direplikasi di seluruh Indonesia bahkan dunia. Selain Indonesia, UN pun ingin sistem yang dibangun sejak 2010 tersebut dapat direplikasi di negara lain, terutama wilayah yang memiliki geografis sama dengan Kabupaten Teluk Bintuni.
Dikatakan, dalam waktu dekat pihaknya akan mengumpulkan sejumlah Dinas Kesehatan dari Pemerintah Daerah, guna mensosialisasikan sistem EDAT. Upaya tersebut diharapkan dapat memotivasi pemerintah daerah untuk menerapkan sistem EDAT di wilayah masing masing. “Ke depan kita akan kumpulkan seluruh pihak terkait, seperti Dinas Kesehatan untuk mensosialisasikan sistem EDAT, khususnya untuk wilayah endemik,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama Kepala Dinas Kesehatan Kab. Teluk Bintuni Ekberth Fakdawer menyampaikan hingga saat ini tidak sedikit daerah yang datang ke Teluk Bintuni untuk mempelajari sistem EDAT. Melalui arahan Menteri PANRB pihaknya pun akan mengajak daerah, terutama yang dekat dengan Teluk Bintuni untuk ikut membangun sistem EDAT.
Seperti diketahui Program EDAT dilaksanakan melalui pembentukan Juru Malaria Kampung (JMK) dan Juru Malaria Perusahaan atau spesialis malaria yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pendidikan masyarakat tentang identifikasi, pencegahan, dan pengobatan malaria. Melalui sistem ini pula, aparat terkait melatih penduduk desa sebagai petugas kesehatan, mengemas obat-obatan malaria agar lebih mudah digunakan, dan memastikan kualitas asuransi yang terintegrasi.
Pada tahun 2009, penderita malaria mencapai angka 115 per 1000 penduduk. Setelah diimplementasikan sejak 2010, sistem EDAT berhasil mereduksi wabah malaria. Tahun 2015, kasus malaria ini turun menjadi 2,4 per 1000 penduduk. Pada 2017, program ini berhasil mereduksi penyebaran malaria dari angka 9,2 persen ke angka 0,02 persen di 12 Desa. Selain mengurangi penyebaran, program ini juga sukses mengurangi tingkat morbiditas malaria dari 115 penderita per 1000 penduduk (2009) menjadi 5 penderita malaria dari 1000 penduduk (2016).
(Sumber: https://breakingnews.co.id)