JAKARTA | kadatebintuni.com ~ Kabar yang mengemuka di berbagai group whats app, sosial media, dan berita portal online terkait susunan kabinet yang baru kembali mengemuka. Belum diketahui darimana sumbernya, akan tetapi list tersebut berhasil menyita perhatian publik ditengah berbagai polemik isu politik yang mengemuka.
Kali ini, daftar nama yang baru muncul didominasi oleh mereka-mereka yang berasal dari Usia Muda, atau yang kerap diasosiasikan sebagai “milenial”.
Beberapa nama sudah tidak lagi asing terdengar, seperti Nadiem Makarim, CEO Gojek, sebuah start up Decacorn dari Indonesia. Ada juga politisi Muda asal PSI yang terkenal dengan pendapat-pendapat kontroversialnya di media, Tsamara Amani.
Di Jajaran Menteri kordinator, daftar tersebut masih menunjukkan nama-nama senior, seperti Sri Mulyani, dan Pratikno. Sisanya, hampir sebagian besar berusia relatif muda.
Nama Billy Mambrasar, masih terdengar baru di Wilayah Indonesia Barat, akan tetapi rekam jejaknya, dan malang melintangnya dalam dunia Pendidikan di Papua, telah membuatnya cukup di Kenal di Wilayah Indonesia Timur. Pemuda asli Papua berusia 31 tahun ini membentuk organisasi sosial: KITONG BISA, sejak 10 tahun lalu, dan telah mendidik lebih dari 1,100 anak asli Papua untuk mengenyam Pendidikan kewirausahaan dan Bahasa Inggris.
Billy sendiri saat ini berada di tahap akhir penyelesaian master keduanya di Universitas Terbaik Dunia: Universitas Oxford Inggris, setelah sebelumnya lulus sebagai lulusan terbaik penghargaan rektor, dengan gelar Master dari Australian National University, dan menyelesaikan gelar sarjananya dari Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB.
Billy saat ini adalah penerima beasiswa LPDP, dan berencana melanjutkan pendidikannya dalam bidang Doktor, di Universitas Harvard, Amerika Serikat, mulai tahun 2020 nanti.
Sebagian besar masyarakat yang kemudian mempelajari profil Billy Mambrasar, kemudian kagum dan menyatakan dukungannya apabila benar Billy akan duduk di posisi Menteri. “Saya akui, kaget ketika dikabarkan berada di daftar nama-nama Menteri tersebut, dan mendapat ratusan kontak whats app, telepon dan sms dari teman, sahabat, dan saudara, menanyakan kebenarannya. Jujur saya bingung, karena memang saya ada pertemuan dengan Presiden Jokowi, tapi pembahasannya diskusi kami saat itu terkait dengan Pergerakan Papua Prestatif, dan dukungan yang beliau sampaikan kepada kami anak-anak Muda Papua yang mendalami bidang inovasi, seni dan keteknikan, untuk membangun Silicon Valley di Indonesia yang letaknya di Indonesia timur, untuk menghasilkan Start up dan unicorn dari Papua, dan juga untuk mendukung program Pembangunan di Indonesia Timur. Tidak ada pembicaraan tentang Menteri”, ujar Billy.
Billy mengungkapkan bahwa semua itu adalah hak prerogatif Presiden Indonesia sebagai kepala Negara. “Sudah sejatinya, hak penuh Presiden untuk menimbang dan memilih siapa-siapa yang menurutnya pantas untuk membangun Indonesia selama 4-5 tahun kedepan,” tutur Billy.
Billy saat ini juga ditunjuk menjadi advokat dari SDG untuk wilayah asia pasifik, dari UNDP kantor pusat Bangkok, di Thailand. Fokusnya adalah Pendidikan, Pembangunan Sumber Daya Manusia, dan Kewirausahaan.
“Bagi saya tidak ada harapan apa-apa, akan tetapi kalau memang Tuhan Yesus menghendaki seperti itu, dan itu adalah panggilan pelayanan, saya sendiri akan menjalankan amanah yang diberikan sebisa mungkin,” tutup Billy. (Daniel)