Dunia saat ini menyoroti persoalan rasisme dan diskriminasi. Seperti di Zambia, diberitakan diduga korban rasisme, tiga (3) pengusaha China dibunuh dan dibakar yang dimotivasi sentimen rasial ini telah memicu ketegangan kedua negara.
Begitu juga sebuah video viral memperlihatkan pemuda Asia sedang memukul habis seorang pria kulit putih di jalanan di Amerika Serikat. Dalam sebuah unggahan di Twitter, diduga bahwa pemuda Asia itu adalah mahasiswa asal Indonesia, meski sejauh ini klaim tersebut belum dapat dikonfirmasi.
Begitupun di Indonesia, kasus rasisme dan diskriminasi mahasiswa asal Papua yang pernah terjadi di Surabaya memicu aksi besar-besaran di beberapa kota oleh mahasiswa Papua yang sedang melakukan belajar/kuliah di kota study masing masing.
Buntutnya, hingga kini proses persidangan 7 tahanan politik yaitu Mantan Ketua BEM Uncen Ferry Kombo dan Alexander Gobay Ketua BEM USTJ diduga sebagai aktor intelektual penggerak massa kerusuhan di Papua, sehingga Ferry Kombo Cs terdakwa kasus makar buntut rasisme di Surabaya dituntut 5-17 tahun Penjara.
Dalam sorotan kasus rasisme dan diskriminasi, di kabupaten Bogor memiliki cara yang berbeda. Untuk menepis hal tersebut, Ketua DPD KNPI Kabupaten Bogor Hasyemi Faqihudin melalukan dialog bersama mahasiswa dan pelajar mahasiswa Papua di kota study Bogor.
“Bersyukur kehadirat Tuhan YME, kami berupaya lebih awal mengantisipasi persoalan rasisme dan diskirminasi bagi mahasiswa dan pelajar luar daerah di kota study Bogor khusunya dari tanah Papua yang tidak sedikit,” kata Hasyemi, Kamis (11/6/2020).
Hasyemi mengatakan, “Dengan melakukan dialog dari hati ke hati, dan memperkuat solidaritas antar mahasiswa dan pemuda kita meyakini Bogor akan menjadi kekuatan sebagai daerah yang dirindukan saat hendak menuntaskan belajar.”
“Kami menggelorakan dan bersemangat bahwa Bogor harus menjadi daerah anti rasisme dan diskriminasi sebagai percontohan daerah lain, dengan mengakrabkan warga, pemuda, dan mahasiswa asal Bogor dengan yang dari luar daerah, sehingga keharmonisan dan rasa saling curiga akan hilang,” kata Hasyemi lagi.
Menurut Hasyemi, persoalan rasisme dan diskriminasi menjadi hal yang sangat sensitif sebab hal itu akan merusak keutuhan bangsa Indonesia yang beraneka ragam.
“Kami pun pernah membuat kegiatan diskusi publik sekaligus temu akrab, seluruh mahasiswa Papua hadir. Bahkan antusias itu datang dari luar seperti mahasiswa Papua Bandung hingga Bali.
Dan hal ini kami memberikan slogan untuk Kabupaten Bogor yaitu daerah ternyaman untuk belajar, jangan ragu bagi kawan-kawan dari luar daerah mari belajar di Bogor, kami akan menjadi garda terdepan untuk memberikan kenyamanan selama belajar di kota hujan ini,” tutupnya. (***/Daniel)