Perjalanan bersama bapak Yulius Hindom dikenal dengan sebutan “ Bapa Master” dan Ponakannya Yulius hindom (Yunior) ke Danau Makiri dan Taminut sangat berkesan sekali.
Perjalanan diawali dari diskusi kecil antara Yulius Hindom muda (Yunior) dan Benni Inanosa (Yayasan Siogepa –Kitong Bisa Consulting). Yulius Hindom (Yunior) salah satu generasi anak mudah dari suku Sebyar yang memiliki visi besar tentang partisipasti masyarakat Weriagar dalam perubahan dan pembangunan. Sebab Tanah Weriagar dan Sebyar yang kaya namun fakta masyarakat belum menikmati.
Cerita dimulai dari PT Petro Energi Utama Weriagar dengan segala kelebihan dan kekurangan telah berhasil membuat masyarakat dimobilisasi untuk adanya perselisihan diantara keluarga mereka sendiri demi kepentingan pengusaha. Sampai dengan potensi lain yang dimiliki Weriagar termasuk adanya usaha kulit buaya yang dilakukan secara tertutup, dimana buaya besar di bunuh untuk diambil kulitnya dan dijual kepada penadah di Bintuni.
Tentang kulit Buaya, Yunior menceritakan pengalaman semasa kecil ketika almarhum ayahnya mengajaknya bersama pergi berburu menangkap buaya untuk diambil kulitnya di danau Makiri dan Tanimut.
Dia masih ingat saat ayahnya bergelut dengan buaya yang sangat besar dianggap sebagai penghuni danau Makiri. Ada cerita heroik, disana juga ada kisa mistis yang sangat menarik untuk di dengar, selain keindahan danau tersebut.
Dalam bercerita itu, Yunior menawarkan untuk mengantarkan dan menemani saya (Benni Inanosa) berkunjung ke Danau. Selanjutnya bapa Master dihubungi dan menceritakan semua rencana.
Bapa Master tertarik dan kami pun bertemu, mendiskusi banyak hal. Bapa Master menceritakan pengalamannya menangkap buaya dari dalam air di dalam danau, sampai pengalamannya ketika di gigit buaya.
Bapa Yulius Hindom senior menyadari kalau tangkap buaya, dibunuh guna dapatkan kulit untuk dijual dan dapatkan uang, jika ada cara lain yaitu memelihara buaya dan mendapatkan uang maka sebaiknya kita pelihara.
Di Jemput bapa Yulius Hindom (Master) di Bintuni
Dengan semangat dan rasa optimis bapak Master dengan menggunakan perahu dangan motor 15 Pk, kami memulai perjalanan dari Bintuni dan bermalam di perjalanan untuk menikmati suasana perjalanan. Ternyata luar biasa suasana tenang… hanya kicauan burung di siang hari dan suara burung serta serangga dimalam hari yang terdengar.
Kami tidur di bivak , paginya pukul 00 kami bergerak menuju ke pintu sungai, menyusuri sungai yang lebarnya hanya 3 meter, terhadang pohon tumbang, akhirnya tiba di danau jam 06.15. saat itu sedang banjir sehingga air danau meluap.
Pagi itu pemandangan indah sekali. Disiang hari kami pun baru sadar bahwa sejak pagi hari Kami belum sarapan. Kami masak dan makan makan bersama ditepi danau.
Belajar bersama “Sang Master” dari Distrik Weriagar
Dari diskusi panjang selama perjalanan, bapak Master dan Yunior, Kami bertiga melihat ada ruang menata Sebyar dimulai dari menata danau termasuk memelihara buaya, ikan dan burung burung di sini dengan habitat yang alami yang sudah dikarunia oleh Tuhan untuk orang Sebyar.
Rancangan ini lalu didiskusikan dengan Kabag Pekekonomian Kabupaten Teluk Bintuni, Niko Leftungun, S.Hut., M.Ling. Disambut baik dan mendukung upaya membuka lapangan kerja ini dan berharap Kitong Bisa Consulting dan Yayasan Siogepa Papua Sejahtera, dapat bersinergi dengan Pemerintah Daerah untuk merealisasi hasil survey ini.
Sebagai catatan dari gambaran kasar dapat melibatkan paling sedikit 65 keluarga melalui kegiatan ekonomi yang berbasis pengelolaan sumberaya hutan secara berkelanjutan yang kemudian oleh Niko, disetujui SEBYAR BACK BONE, melalui pengembangan ekowisata mangrove Teluk Bintuni.
Rencanana ini selanjutnya dikoordinasikan dengan BKSDA Kabupaten Teluk Bintuni, pemangku kepentingan lainnya termasuk Kepala Cabang Dinas Kehutanan Bintuni Bapak Boi Idrus menyambut baik rencana ini dan akan mengkomunikasinkan rencana ini dengan pinpinan dan BKSDA Bintuni.
Pesona Danau Kaca (Tanimut dan Makiri) di Tanah Sebyar