Bintuni (KADATE) – Pesta demokrasi, Pemilu 2019 yang baru saja dilewati seluruh warga negara Indonesia, telah sampai di tahap rekapitulasi hasil perolehan suara di tingkat provinsi.
Berbagai kesan yang di gambarkan dalam menyikapi tahapan pemilu oleh masyarakat, menggambarkan asas demokrasinya negeri ini. Kendati demikian, segala sensasi dari politik terutama konflik dan “panas”-nya politik harus segera di dinginkan, apalagi dengan memasuki bulan puasa, bulan suci Ramadhan.
Hal ini juga disampaikan Jhon Felix Putnarubun (JFP), politikus PPP, yang bertarung di Pemilu Provinsi Papua Barat, Dapil 5. “Politik tak mungkin terlepas dari berbagai sensasi, baik itu sikap pro maupun kontra, di tiap tahapan, mulai dari pemilihan hingga perhitungan perolehan suara.
Namun, hendaknya sebagai warga masyarakat yang memiliki tenggang rasa, dapat menurunkan tensi, atau atmosfer “panas”- dalam berpolitik, terlebih lagi menyikapi bulan suci Ramadhan. Bulan penuh keberkahan, saudara kita yang muslim, tengah menjalankan ibadah puasa, sehingga rasa toleransi ber-agama, juga perlu di tingkatkan,” ujar JFP saat di temui Rabu, (15/5) di pasar Ramadhan Bintuni, sore hari.
Menurut, Milastri Muzakkar Founder Generasi Literat, yang di kutip media ini, dari detiknews.com dalam tulisannya, “Kembali satu”, Ia menuturkan, Dalam konteks Indonesia saat ini, masyarakat penting sekali untuk melakukan “puasa sosial”.
Puasa sosial berarti latihan menahan diri dari berpikir negatif kepada orang lain, benci yang berlebihan kepada orang atau kelompok yang berbeda pilihan politik atau kepercayaan, menahan diri untuk mem-posting status di media sosial yang bisa menyakiti orang lain, dan menahan diri untuk menyebar hoax.
Selama bulan Ramadhan, kebiasaan-kebiasaan negatif itu harus dihindari. Kalau latihan ini berhasil, maka di sebelas bulan lainnya, kebiasaan ini akan hilang.
Bulan Ramadhan kali ini mestinya menjadi Ramadhan yang istimewa bagi umat Islam di Indonesia. Sebab ia datang bertepatan dengan momentum pemilu yang telah membuat masyarakat Indonesia terpolarisasi.
Bulan penuh berkah ini sepertinya sengaja didatangkan agar menjadi media atau fasilitator untuk mendamaikan kelompok yang sempat saling membenci hingga berkonflik karena perbedaan pilihan politik.
Saling berkirim pesan maaf atau berbuka puasa bersama bisa menjadi pilihan untuk mencairkan suasana. Biarkan bulan Ramadhan membakar seluruh perbedaan dan konflik yang pernah terjadi sepanjang proses pemilu. Mari kembali menjadi bangsa yang satu, Indonesia.[Baim]