Pertemuan “Group The Spirit of Papua” Dengan Pimpinan Direksi Bank Papua

oleh -16 Dilihat
oleh
banner 468x60

JAYAPURA,kadatebintuni.com ~ Admin Grup Whatsap The Spirit of Papua, Samuel Tabuni dalam sebuah kesempatan mengajak anggota grup tersebut untuk bertatap muka dengan pimpinan dan direksi Bank Papua, guna berdiskusi dan melihat sejauh mana bank milik masyarakat Papua membantu kepentingan orang asli Papua, Senin (5/11/2018)

“Pertemuan tadi dengan Pimpinan Direksi dan Komisaris Bank Papua membahas pentingnya rekrutmen tenaga pegawai Orang Asli Papua dan membantu pengusaha orang Asli Papua mendapatkan kredit Usaha. Pertemuan awal ini telah terjadi diskusi yang sangat luar biasa dan tentunya dalam suasana kekeluargaan,” ujar Pimpinan Group Whatsap The Spirit of Papua, Samuel Tabuni, di Jayapura, Senin (5/11/2018).

banner 336x280

Dikatakan, bahwa pihaknya berterimakasih kepada Pimpinan Direksi dan Komisaris yang menyambut baik semua masukan dari Group The Spirit of Papua (SoP).

“Pertemuan berikutnya akan kita adakan, namun tentunya akan koordinasi dengan Bank Indonesia dan OJK untuk melibatkan semua Bank yang beroperasi di Tanah Papua,” tutur Samuel Tabuni, yang juga Direktur Papua Language Istitute ini.

Dikatakan, bahwa sudah saatnya kita perlu pastikan semua Bank di Tanah Papua sudah berapa banyak OAP dibantu ? Mulai dari CSR, Kredit2 dan rekrutmen Pegawai terhadap pemberdayaan OAP.

Sebelumnya dalam pertemuan tersebut pembicaraan diawali Komisaris Utama Bank Papua, Pdt. Lipiyus Biniluk dan dilanjutkan Direktur Utama, R. Zendarto dan dilanjutkan Pimpinan Grup Spirit of Papua, Samuel Tabuni.

“Pertama – tama kami ucapkan terimakasih kepada komisaris dan direktur dan semua dari Bank Papua, dan kenapa kita mendesak untuk pertemuan, karena kita mencintai Bank Papua,” kata Samuel Tabuni.

Diakui, bahwa memang jumlah Anggota Grup terbatas, namun merupakan satu spirit untuk meletakan Papua mau dibawa kemana?

“Sebab itu, berapa banyak Pengusaha OAP yang terdata dan berapa yang rekrut dan berapa pengusaha yang di dukung seperti UKM, sehingga saat orang kecewa, hal ini bisa jadi pegangan,” tuturnya.

“Saya berpikir untuk perkuat Bank Papua, dalam hal ini Pemeritah Daerah sebagai pemilik Bank Papua bisa diikuti oleh masyarakat, namun inilah kondisi kita harus saling mendukung, dalam hal ini keberadaan Bank Papua perlu diketahui,” katanya.

Sementara itu, Komisaris Utama Bank Papua. Pdt. Lipiyus Biniluk, S.Th, M.Th., menyampaikan pemikirannya, yakni ada beberapa prinsip good governance yang diterapkan dan ada beberapa prinsip penting, transparansi, accountability, responsibility, independensi.

“Pertanggungjawaban menjadi prioritas, yakni semua karyawan memberikan kontribusi yang luar biasa, sehingga Bank Papua berdampak pada masyarakat di Tanah Papua, tentunya ada komitmen untuk melatih karyawan dalam menerapkan budaya perbankan,” jelas Pdt. Lipiyus Biniluk.

Disampaikan, jumlah karyawan Bank Papua untuk orang asli Papua adalah 1.227 orang dan Non Papua adalah 1.247 orang dan selalu dituntut kerja melayani masyarakat.

“Tentunya dari total karyawan, sekitar 50 persen adalah orang asli Papua, namun dalam melakukan semua perlu transparansi dan setiap hal dipleno pada tingkat direksi, sehingga jadi keputusan bersama,” jelasnya.

Senada dengan itu, Direktur Utama Bank Papua, F. Zendrato mengatakan, selamat datang di Bank Papua, dirinya melihat banyak politisi dan pemikir dan banyak juga pendeta dalam grup Spirit of Papua dan pada hari ini kita bertemu, apa yang harus dilakukan untuk pemberdayaan masyarakat Papua.

“Pertama – tama saya perkenalkan bahwa di Bank Papua ada lima orang direksi dan saat ini Direktur Oprasional, Bapak Isak Wopari, lagi berkunjung dinas ke Timika, untuk penandatanganan kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Mimika, khususnya dalam pengelolaan transaksi dokumen,” ujar Direktur Utama Bank Papua, F. Zendrato, dalam mengawali pembicaraan bersama anggota grup The Spirit of Papua, di Kantor Bank Papua Lantai Lima, Senin (5/11/2018).

Adapun selain Komisaris Utama dan Direktur Utama, juga hadir Komisaris, Dortheis Sesa, Direktur Bisnis, Sadar Sebayang, Direktur Keuangan, Rudhy Dharma, Direktur Kepatuhan, Jefri Sani, P.S. bersama sejumlah divisi – divisi yang ikut mengambil bagian dalam pertemuan tersebut.

“Kami sudah bertugas satu tahun delapan bulan, yang mana Maret 2017, pada saat kita masuk, kita memahamai kondisi bank PAPUA dan pasa saat itu cukup berat dan kita berada di bawa pengawasan khusus OJK selama satu tahun,” katanya.

“Dengan segala daya upaya kita, sehingga bulan Maret 2018 mampu keluar dan masalah utama Bank Papua adalah Sumber Daya Manusia dan banyak ketidakpatuhan, akan tetapi bagaimana kita harus merubah dan kita melakukan perbaikan dan prosedur dan rekrutmen dan bagainana memberikan semangat kepada pegawai agar ada motivasi.

Banyak hal yang disampaikan Direktur Utama juga menyangkut beberapa capaian – capaian Bank Papua dalam membantu para pengusaha dan Usaha Kecil Menengah yang dikerjakan orang asli Papua.

“Terutama dengan adanya pemberian Kredit bagi orang asli Papua disampaikan mencapai 6. 418.791.237.1117 (Enam triliun lebih), adalah untuk para pegawai dan juga untuk pengusaha, tentunya kami terus meningkatkan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat Papua,” tutup Direktur Utama Bank Papua, F. Zendrato.

Pertemuan diakhiri dengan foto bersama dan saling berbagi informasi untuk mendata kembali informasi yang disampaikan untuk ditindaklanjuti bagi keberpihakan Bank Papua kepada masyarakat asli Papua.

Adapun sejumlah anggota grup The Spirit of Papua, antara lain Arnold Belau, Noel Wenda, Pdt Jhon Baransano, Hakim Bahabol, Pdt. Isak Deda, Yan Matuan, Omah Laduani, selain itu hadir pula sejumlah kepala divisi dari Bank Papua.

Sementara itu, Anggota Gorup The Spirit of Papua, Yusak Andato mengatakan, sangat berterimakasih karena bisa hadir dan ini sejarah bisa duduk dengan pimpinan bank Papua, ini sejarah dan bisa duduk bicara dan kami berterimakasih untuk waktunya.

“Saya melihat bahwa Bank Papua milik orang Papua dan kalau selama ini “kesakitan bank Papua” bukanlah kesalahan dari orang Papua, sebab Bank ini adalah milik orang asli Papua,” ucap Yusak Andato, dalam pertemuan tersebut.

Dirinya berpesan, jika demikian, karena itu kedepan kalau boleh orang Papua 80 persen, sebab kalau mau dibilang orang Papua tidak pintar adalah salah juga, hanya karena belum ada kesempatan.

“Di Papua ada satu isu yang sentral, bahwa ada kekuatan suku ini dan suku tertentu, yang membuat kita tidak berdaya dan sistem yang begitu rapi, karena apa yang disampaikan menjadi referensi, sehingga pentingnya data base untuk pegusaha – pengusaha Papua,” kata.

Pendiri Sekolah Wirausaha Anak Adat Papua ini menegaskan, bahwa tidak semua orang Papua konsumtif, karena hari ini ada orang Papua yang punya kemampuan untuk berusaha.

“Jadi kalau Bank Papua memberikan kredit, lalu masih banyak berpikir adaLah salah, tetapi harus bisa melihat secara baik dan membantu dalam memberikan pendampingan,” pesannya.

Yusak Andato menyarankan, perlunya mendata orang asli Papua yang bergerak dalam dunia usaha, sebab mereka punya semangat tetapi kesempatan.

“Bisa saja kita buat sebuah lembaga untuk mendata dan berkedudukan di Bank Papua, sehingga perlunya,” sarannya.

Dari sejumlah anggota grup yang hadir, semua memberikan masukan dan persoalan yang disampaikan, sehingga diharapkan menjadi masukan positif untuk kemajuan Bank Papua, terutama membangun ekonomi masyarakat asli Papua, terutama bisa mendukung kalangan dunia usaha dari orang asli Papua. (Eveerth Joumilena/***)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.