MANOKWARI, kadatebintuni.com ~ Tokoh Intelektual suku Doreri Gaad Hendrik Rumfabe, SH,MSi mendesak semua elemen suku Doreri agar bersama-sama gelar tikar adat untuk mengukuhkan kepala suku Doreri yang baru menggantikan mendiang Almarhum Tete Yohanes Piet Rumfabe yang pernah menjabat sejak tahun 1943 sebagai kepala suku Doreri hingga berakhir ditahun 2017 lalu.
Demikian di katakan Gaad Hendrik Rumfabe di sekertariat kepala suku Doreri kwawi Manokwari.
Oleh sebab itu diharapkan agar segera di gelar tikar adat untuk angkat kepala suku baru karena kepala suku tidak kenal dipilih namun dikukuhkan terkait dengan garis keturunan dara biru terangnya.
Dijelaskan pula bahwa dimana dalam strukturnya Kepala suku, ketua Keret atau Marga dan Dewan Adat Suku (DAS) dimana kita tahu bersama DAS lahir bersamaan dengan UU No 21 tentang Otsus Papua tahun 2001 maka hadirnya DAS tidak sedikitpun mempegaruhi wilaya kerjanya kepala suku Doreri.
Dikatakan Gaad Hendrik Rumfabe bahwa untuk menjawab semua itu harus lewat gelar tikar adat dimana pergatian itu sebenarnya berdasarkan garis keturunan dimana dalam setiap suku harus punya kepala suku sebab kepala suku itu harus diikuti garis keturunan terangnya.
Gaad menjelaskan bahwa beda halnya dengan Dewan adat suku atau DAS itu terbentuk dengan UU no 21 2001 atau Otsus Papua.
Gaad mencotohkan bahwa di suku Arfak ada kepala suku, begitu pula Maybrat juga ada kepala sukunya, sementara Doreri terjadi kefakuman dua tahun setelah meninggalnya bapak Yohanes Piet Rumfabe lalu seakan terjadi krisis Figur, ini kan tidak benar.
“Saya tegaskan bahwa penyelenggaraan tikar adat ini sangat penting untuk mengukuhkan kepala suku Doreri yang baru agar semua masalah masyarakat seperti hak-hak adat, hak kesulungan Masyarakat Adat Doreri bisa diurus dengan baik dan ini adalah kebutuhan.
Karena menyangkut suatu kebutuhan suku maka elemen-elemen dalam suku Doreri baik elemen pemuda, perempuan serta masyarakat Doreri umumnya merancang satu pemahaman bersama untuk menggelar tikar adat suku Doreri guna mengkukuhkan kepala suku baru bagi Suku Doreri, tegasnnya.
Gaad Hendrik sedikit bercerita tentang hal muasal suku Doreri kepada media ini,“Suku Doreri berasal dari tiga marga Burwos, Rumfabe dan Rumbruren. Dia juga jelaskan bahwa penyebaran masyarakat Doreri di Teluk Doreri ini juga terjadi dari kampung tua yang namanya Mnuk war, lokasinya tepat di pelabuhan Manokwari sekarang. Kampung itu memanjang sampai di bekas kantor Gubernur Papua Barat dulu.
Gaad mengharapkan agar semua kaum terpelajar Doreri khususnyaa juga Papua umumnya agar segera melembagakan adat dimana semua unsur kelembagaan adat harus dibenahi sedini mungkin guna membedung arus kemajuan yang datang sangat cepat, baik yang menguntungkan juga yang merugikan kita, dalam tatanan nilai-nilai suku Doreri Seperti bahasa daerah mulai hilang, banyak tempat-tempat sakral juga hilang.
Sekali lagi Gaad berharap agar semua elemen Intelektual Doreri dan lainya segera bergandengan tangan hargai tatanan adat dalam Stuktur adat Doreri bahwa kepala suku yang tertinggi dalam kepemimpinan tradisional secara turun temurun, dan sesuai prosesnya di tunjuk berdasarkan garis keturunan, lalu kepala keret, setelah itu baru Dewan adat Suku (DAS) yang lahirnya dengan UU 21 tahun 2001 bersamaan dengan Otsus Papua lalu di Tanah Doreri tepatnya dalam musyawarah di pulau Mansinam tahun 2007. Sehingga penting sekali bagi pemuda doreri mendorong digelarnya tikar adat ini. (Agus Nauw)